Media

Aries, Aspar dan Puji Berbagi Pengalaman Jadi Atlet Kelas Dunia

Tiga atlet panjat tebing Indonesia Aries Susanti Rahayu, Aspar Jaelolo, dan Puji Lestari berbagi pengalaman dan perjuangan sebagai atlet. Mereka menceritakan suka duka latihan hingga manisnya mengecap prestasi di kancah dunia.

Dalam acara sharing session di Indofest 2019, Sabtu (9/3), Aspar berbagi trik bagaimana agar tetap fokus saat sedang bertanding, terutama di pertandingan internasional. Kunci utamanya bagi dia adalah menatap pelatih.

Biasanya pelatih duduk tak jauh dari wall atau arena pertandingan. Di situlah atlet dapat menatap wajah pelatih mereka dengan jelas.

“Ketika atlet berhadapan dengan penonton pasti deg-degan, jantung rasanya mau lepas. Saya selalu lihat pelatih untuk mengurangi rasa deg-degan,” katanya.

Aspar mengakui terkadang ego atlet untuk menang terlalu besar sehingga mereka kesulitan mengontrol emosi. Padahal saat bertanding, atlet disarankan mengontrol kestabilan emosi.

“Jadi peran pelatih supaya jangan sampai lepas kontrol karena rasa ingin menang terlalu besar,” katanya.

Mereka juga membahas persiapan menghadapi Olimpiade Tokyo 2020, di mana nomor yang akan dipertandingkan adalah combine (gabungan speed, lead, dan boulder). Meski belum unggul di nomor lead dan boulder, mereka optimistis akan memberikan yang terbaik.

“Kalau target, semua atlet pasti inginnya jadi juara. Tapi karena ini nomor combine, Aries menikmati prosesnya dulu, kami berusaha berikan yang terbaik,” ujarnya.

Lain halnya dengan Puji. Dia memilih untuk vakum sebagai atlet dan fokus di pekerjaannya sebagai PNS.

“Saya kan fokusnya di speed, jadi karena nomor yang dipertandingkan di Olimpiade adalah combine, saya enggak bergabung dulu untuk sekarang,” katanya.

Sementara itu Sapto menyebut prestasi para atlet panjat tebing Indonesia begitu membanggakan. Namun di balik prestasi ini, ada perjuangan panjang yang melibatkan berbagai pihak.

Sapto menyebut, Indonesia punya banyak bibit atlet unggul. Mereka kemudian ditempa di Pelatnas FPTI untuk menjadi atlet yang berkualitas dan mampu bersaing di kancah internasional.

“Jadi Pelatnas itu seperti Candradimuka-nya atlet. FPTI cuma organisasi yang mewadahi itu semua,” ujar Sapto.