Media

Gladian Nasional XIV: Nikmatnya Memanjat Tebing Eksotis di Lembah Harau, Sumbar

Setelah 9 tahun berlalu, Gladian Nasional Pecinta Alam akhirnya kembali digelar. Kawasan karst nan elok Lembah Harau di Payakumbuh, Sumatera Barat, dipilih sebagai pusat penyelenggaraan Gladian Nasional (Gladnas) XIV ini.

Acara yang melibatkan para mahasiswa pecinta alam (Mapala) dari berbagai universitas di Indonesia ini digelar pada 22-28 Oktober 2018. Total ada 188 peserta dari 24 provinsi di Indonesia.

Ada 6 divisi yang terlibat dalam ‘latihan akbar’-nya para pegiat alam bebas tersebut. Yakni gunung hutan (mountaineering), panjat tebing (rock climbing), susur goa (caving), arung jeram (rafting), diving, dan paralayang (paragliding).

Usai upacara pembukaan yang digelar di Lembah Harau pada Senin (22/10) petang, semua peserta diarahkan menuju lokasi masing-masing divisi yang tersebar di berbagai daerah. Khusus untuk panjat tebing dan paralayang tetap di Lembah Harau.

PP FPTI menugaskan langsung Kepala Bidang Panjat Tebing Alam dan Ekspedisi, Setyo Dibo, untuk mengisi materi panjat tebing. Total ada 30 peserta yang memilih divisi panjat.

Sebelum melakukan pemanjatan, Setyo dan tim menyampaikan materi dasar pemanjatan yang aman dan sesuai prosedur. Dari teknik dasar panjat tebing, pengenalan alat, pemahaman simpul, hingga teknik dan cara mem-belay, harus dikuasai oleh peserta.

“Setelah itu mereka manjat ke atas, masang pengaman yang sudah ada di situ, berupa hanger. Jadi di situ praktik masang tali dan teknik pemanjatan,” ujar Setyo, Senin (22/10).

Kemudian di hari berikutnya, para peserta mulai praktik memasang artificial anchor (pengaman artifisial). Mereka harus mampu memilih alat yang akan digunakan untuk memanjat sesuai karakteristik jalur yang dihadapi.

Penguasaan materi dasar ini penting sebagai bekal para pegiat alam bebas dalam memanjat tebing alam. Terlebih dalam praktiknya setiap tebing memiliki ciri khas tersendiri sehingga perlakuannya pun berbeda.

Setyo berharap materi yang akan diperoleh selama Gladian Nasional ini dapat diterapkan di organisasi masing-masing sebagai bekal aman dalam melakukan panjat tebing. Mengingat panjat tebing tergolong olahraga ekstrem yang sangat berbahaya bila tidak dibekali dengan pengetahuan mumpuni.

“Jadi ini fokus ke basic agar ke depannya bisa dipraktikkan di organisasi mereka. Kalau kita mau manjat tinggi, selama basic-nya tahu, tidak masalah,” kata Setyo.

Apa yang lebih nikmat dari berlatih panjat tebing di lembah hijau nan eksotis dengan germericik air terjun di baliknya? Jangan lupakan kopi hangat untuk menemani dinginnya kabut di Lembah Harau.

Selamat berlatih kawan-kawan, salam lestari!