Sabri Menjemput Impian

SABRI, atlet panjat tebing yang akan membela Indonesia di Asian Games 2018 rela tidak kuliah demi adik-adiknya agar bisa bersekolah tinggi. Kehidupan sederhana yang ia jalani di Kalimantan Utara membuatnya bertekad mengubah nasib keluarganya. Ia berjuang keras melalui jalur olahraga. Setiap tetes peluhnya, dipersembahkan untuk orang tua dan adik.

“Ayah merantau ke Malaysia. Jadi, tinggal dengan ibu saja dan hidupnya sederhana. Ingin mengubah nasib keluarga.”

Keinginannya itu pun terwujud. Berkat kerja kerasnya di dunia panjat tebing, ia kerap mendapakan medali dan hadiah sehingga bisa membiayai adik-adiknya menuntut ilmu di bangku kuliah.

Awal mula atlet kelahiran Nunukan, 23 Juni 1995 ini berkenalan dengan panjat tebing ketika diajak temannya. Saat itu 2007 dan usianya baru 12 tahun. Niat semula ia ingin bermain sepak bola, tetapi justru diajak menjajal panjat tebing. Iseng saja, itulah niat awalnya menjajal panjat tebing.

“Diajak panjat (tebing) kalau menang ada hadiah gede. Jadi tertarik.”

Sabri ingat betul hadiah pertamanya dari panjat tebih. Celana untuk latihan, itulah reward-nya. Hadiah itu ia raih ketika menjadi peringkat enam dalam kejuaraan lokal se-Nunukan.

“Tapi, (hadiah) itu jadi motivasi kalau saya bisa lebih dari ini.”

Dukungan dari keluarga menambah motivasinya untuk menjadi atlet yang makin andal. Ia pun bisa meraih medali pertamanya ketika berlaga di kejuaraan se-Kalimantan. Ia mendapatkan emas di nomor lead dan perak di speed.

“Kalau zaman dulu, di panjat tebing latihan semua (nomor). Enggak ada programmnya.”

Oleh karena itu, ia senang bisa bergabung dengan pemusatan latihan nasional sport climbing Asian Games. Di sini, ia makin fokus, makin terarah, makin disiplin, dan makin terasah kemampuannya. Gemblengan dari pelatih yang terkenal tegas tak membuatnya takut. Justru ia mensyukuri hal itu.

“Kalau pelatih marah itu artinya masih sayang dengan kita (atlet). Kalau diam saja, berarti sudah tidak perhatian dengan kita (atlet).”

Akan berlaga di Asian Games menjadi kebanggaan baginya. Meskipun sempat berlaga di Asian Youth, ia merasa tekanan dan level di Asian Games lebih besar. Lulusan SMAN 1 Nusa Nunukan itu pun ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia dan mempersembahkan medali emas. Berlaga di Asian Games merupakan satu lagi mimpinya yang terwujud.

“Dulu ingin main di world cup terwujud, sekarang main di Asian Games. Mimpi saya lainnya itu ingin juara satu di world cup dan main di Olimpiade.”

Peraih emas di kejuaraan nasional 2017 untuk nomor speed world record perorangan putra ini juga pernah berlaga di event internasional lainnya. Ia meraih emas di Asian Championship untuk speed world record relay tim putra di Iran pada 2017. Ia juga meraih perak di IFSC World Cup di China pada 2018 untuk speed world record perorangan putra.

“Untuk world cup saya sudah ikut enam kali. Yang paling berkesan adalah seri pertama karena pada kualifikasi saya startnya kecepetan. Itu pertama kali saya dimarah oleh pelatih di depan papan panjat (dan) belum buka harnes. Itu jadi berkesan.”