Aspar Jaelolo & Sejarah untuk Indonesia
Dalam tim pemusatan latihan nasional (pelatnas) sport climbing Asian Games 2018, ada seorang atlet yang memiliki penampilan nyentrik. Ia sangat mudah dikenali dengan rambut mohawk tipis berwarna pirang. Warna rambut itu sangat kontras dengan kulitnya yang gelap. Aspar Jaelolo namanya.
Tak hanya soal fisik, atlet kelahiran Wani, 24 Januari 1988 itu juga memiliki perilaku yang ceria dan murah senyum. Ia salah satu andalan Indonesia dalam Asian Games yang makin dekat ini.
Aspar Jaelolo pertama kali mengenal panjat tebing pada 2007 ketika ia mengikuti salah satu organisasi pencinta alam di Universitas Ewako, Sulawesi Tengah. Di dalam organisasi itu, ada beberapa divisi. Salah satunya panjat tebing.
Untuk kompetisi resmi, ia mengikuti pekan olahraga mahasiswa se-Sulawesi Tengah. Saat itu ia ikut nomor lead. Pertama kali berlaga, lulusan MA Yaspiah Pusat Wani itu langsung merebut emas.
“Saya senang kumpul-kumpul dengan pencinta alam. Ikut kompetisi itu ibarat temu kangen dengan pencinta alam se-Sulawesi Tengah.”
Atlet yang kini berusia 30 tahun itu kemudian beralih mendalami speed karena ia menonjol di nomor tersebut. Awal mula beralih ke speed ketika ia mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional. Ia tidak lolos di lead, sehingga dialihkan ke speed.
Semangatnya kala itu menggebu-gebu dan ia sedikit jemawa. Aspar merasa dirinya merupakan atlet tercepat. Namun, kenyataan di Pomnas Palembang berkata lain. Ketika babak kualifikasi ia memang berhasil menjadi peringkat pertama, tetapi ketika final, ia hanya mampu menduduki peringkat empat.
“Di Pomnas, saya beranggapan saya paling cepat, sebelum berangkat. Ternyata, masih banyak yang lebih cepat dari saya.”
Kenyataan itu membuatnya penasaran bagaimana atlet-atlet lain bisa sangat cepat terutama atlet dari DKI Jakarta yang kala itu menjadi jaura umum. Aspar kemudian meluncur ke Jakarta untuk melihat bagaimana para atlet itu latihan. Ia pun bergabung dengan panjat tebing DKI Jakarta.
“Saya ikut lihat-lihat tim DKI (latihan). Ternyata dengan fasilitas, dukungan, dan TC (training center) jangka panjang mereka bisa melebihi kami. Ternyata banyak yang lebih cepat.”
Aspar tercambuk untuk berlatih keras agar ia bisa menyamai bahkan melebihi para atlet yang melebihi kecepatannya memanjat.
Dalam tiga tahun terakhir, berikut ini torehan prestasi yang disabet Aspar untuk tingkat nasional. Pada 2016 ia mendapat emas untuk speed world record perorangan putra PON Jawa Barat, emas speed world record tim putra PON Jabar, dan emas speed world record tim campuran PON Jawa Barat. Kemudian, untuk 2017, ia meraih perak untuk speed world record perorangan putra di kejuaraan nasional.
Ia juga berlaga di kompetisi tingkat Asia dan dunia. “Untuk kejuaraan tingkat Asia, saya sudah ikut 10 kali lebih. Untuk kejuaraan dunia juga sudah 10 kali lebih.”
Untuk prestasi di laga internasional dalam tiga tahun terakhir yang ia raih antara lain emas speed world record relay tim putra di Asian Championship Iran. Masih dari event yang sama, Aspar meraih perunggu untuk speed world record individual putra. Kemudian ia meraih perak di China untuk speed world record individual putra dalam event IFSC World Cup 2017. Pada 2018, ia meraih perak speed world record individual putra di IFSC World Cup 2018 di China.
Semua kompetisi yang ia ikuti meninggalkan kesan masing-masing. Kejuaraan yang paling berkesan baginya adalah Extreme Game. Alasannya, karena ia bisa menjadi juara dunia dalam event itu.
Penampilan terbaiknya juga ingin ia tunjukkan dalam Asian Games 2018. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan. “Saya ingin berikan yang terbaik. Ini emas untuk Indonesia. Saya ingin jadi orang yang bersejarah untuk Indonesia.” ***