Pelatihan Bagi Route Setter demi Mengejar Ketertinggalan Lead dan Boulder
Kualitas pemanjatan di nomor speed atlet-atlet panjat tebing Indonesia tak perlu diragukan lagi. Dari gelar juara dunia hingga rekor dunia pernah diraih sejumlah atlet Timnas Panjat Tebing Indonesia.
Namun harus diakui untuk nomor lead dan boulder, Indonesia masih belum unggul. Oleh karena itu, PP FPTI melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pemanjatan di kedua nomor tersebut.
Selain mengasah kemampuan para atlet, kini giliran route setter alias pembuat jalur yang diberi pelatihan khusus. Pelatihan ini digelar selama 5 hari, yakni tanggal 9-14 Desember 2019 di Hotel Royal Kuningan dan climbing wall Eiger Radio Dalam, Jakarta Selatan.
“Pelatihan ini merupakan terobosan informal sebagai upaya untuk mengejar grade route setter Indonesia. Mengingat jenjang tingkatan formal sebagai route setter di tingkat selanjutnya harus melalui mekanisme berjenjang sesuai aturan IFSC,” ujar Ketua II PP FPTI Pristiawan Buntoro.
Pristiawan menyebut, jika harus menunggu pelatihan formal dan sertifikasi dari IFSC, Indonesia akan semakin sulit mengejar ketertinggalan di nomor lead dan boulder. Menyadari keterbatasan itu, diperlukan latihan yang lebih keras.
Dalam pelatihan selama 5 hari itu, FPTI mengundang instruktur dari Rusia, Ruslan Akhmetgareev. Instruktur berusia 28 tahun ini mendampingi sekitar 50 peserta dalam pelatihan di kelas maupun praktik di wall.
Pristiawan menjelaskan, ini adalah pelatihan kedua untuk para pembuat jalur, di mana FPTI mendatangkan langsung instruktur asing. Pelatihan sebelumnya digelar di Bandung pada 2018, yang mana pada saat itu Indonesia ditetapkan berada 3 level di bawah grade lead–boulder negara lain.
Tindak lanjut dari pelatihan pada 2018, Timnas Panjat Tebing Indonesia mengikuti Kejuaraan Boulder di Meiringen, Swiss, pada April 2019. “Tujuan pelaksanaannya bukan untuk menang melainkan untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan atlet lead-bouder Indonesia, dan ternyata Indonesia sudah bisa mengejar sampai 2 level di bawah grade atlet negara lain,” tutur pria yang akrab disapa Pris itu.
Pris berharap, pelatihan bagi pembuat jalur kali ini juga akan berdampak pada meningkatnya kualitas atlet Indonesia. Terlebih persiapan untuk pra-Olimpiade Tokyo 2020 yang hanya memainkan nomor combine belum usai.