Media

Pemanjatan Jalur Liang Lembek - Harau 2019

2 Pekan Latihan di Tebing Harau: Tentang Melawan Rasa Takut dan Jari yang Penuh Luka

Dua pekan penuh berlatih di tebing alam pada tanggal 2-16 Juli lalu menjadi pengalaman tersendiri bagi enam atlet Pelatnas Panjat Tebing Indonesia. Mereka yang biasanya berlatih di tebing artifisial alias wall climbing, kini harus menghadapi tebing yang sebenarnya.

Keenam atlet tersebut adalah Chairul Umi, Salsabila, Sabri, Rifaldi Ode Ridjaya, Jamal Al-Hadad, dan Rahmayuna Fadillah. Sedangkan enam atlet Pelatnas lainnya di waktu yang sama sedang mengikuti worldcup tour di Eropa.

Hari-hari awal di tebing Harau menjadi ‘cobaan’ berat bagi para atlet. Jika biasanya berhadapan dengan pegangan volume besar di wall, giliran di tebing mereka harus beradaptasi dengan pegangan kecil dan tajam. Jari-jari yang penuh luka menjadi makanan sehari-hari yang tak boleh mengurangi porsi latihan.

“Tujuh hari pertama semua teman-teman atlet beradaptasi dengan hal itu. Dimulai dari jari yang perih, terus tingkat kesulitan jalur itu sendiri, mereka belum ada yang top,” ujar Head Coach tim Pelatnas, Hendra Basyir, Senin (23/7).

FOTO | Training Camp Harau Valley: Pemanjatan Jalur Alhamdulillah Hari ke-11
FOTO | Training Camp Harau Valley: Pemanjatan Jalur Alhamdulillah Hari ke-11

Memasuki pekan kedua, para atlet mulai mampu menampilkan performa maksimal masing-masing. Coach Hendra menyebut, ada 3 indikator untuk mengukur capaian itu. Yakni atlet mampu memanjat on site, lalu memanjat flash alias sekali coba, dan yang ketiga memanjat top walaupun tidak flash.

Jalur yang dipanjat atlet dari grade 5.11 hingga 5.13B. Selama di Harau, tim Pelatnas yang berkolaborasi dengan bidang Tebing Alam PP FPTI telah membuat 4-5 jalur baru di kawasan tebing Harau dan Andaleh.

Sementara itu pelatih lead dan boulder Judistiro menjelaskan, ada sejumlah catatan bagi para atlet setelah berlatih selama 2 pekan di Harau. Yakni soal melawan rasa takut, hingga kemampuan memanfaatkan pegangan kecil.

“Karena begitu mereka memiliki rasa takut yang tinggi otak mereka juga tidak akan pernah jalan. Kemampuan fisik mereka yang sebetulnya baik itu hilang,” kata pelatih yang akrab disapa Pak Bo ini.

Memasuki pekan kedua, para atlet sudah semakin mampu menaklukkan rasa takut diiringi dengan keseimbangan tubuh yang semakin baik. Selain itu mereka juga terlatih memanjat dengan pegangan kecil yang akan menjadi modal kuat berlatih di wall climbing atau arena kompetisi.

“Dari cara memijak, cara memegang, cara bergerak, balance mereka harus bagaimana, ketenangan mereka harus bagaimana, mereka mengatur napas harus bagaimana, itu yang terpenting. Ini goal yang memang kita harus dapatkan di sini (selama latihan di Harau) buat atlet kita,” tutur Pak Bo.

Para atlet mengamini penjelasan kedua pelatih tersebut. Diwawancara terpisah, Chairul Umi, Salsabila, Sabri, dan Rifaldi Ode Ridjaya, kompak mengaku awalnya kesulitan beradaptasi dengan pegangan kecil di tebing.

“Latihan di tebing ya pasti lebih berat dari latihan di dinding. Karena di tebing kita belum terbiasa, jadi nyari-nyari pegangannya yang cenderung tipis-tipis. Kadang-kadang seruas, kadang cuma setengah ruas,” kata Umi.

“Poin di tebing ini tajam, perih lagi kalau dipegang apalagi kalau panas,” imbuh Sabri.

Sabri juga membeberkan kendala lain yang dialaminya saat memanjat tebing. Atlet asal Kalimantan ini mengaku harus melawan rasa takut yang menguasainya saat memanjat di tebing alam.

“Kesulitan awal manjat takut masang runner. Kalau sudah lewati runner paling bawah itu takut sekali. Apalagi saya atlet speed jarang nge-runner,” katanya.

Namun semakin lama berlatih, para atlet akhirnya semakin menguasai diri dan dapat beradaptasi dengan tebing alam. Mereka mengaku kemampuan pegangan dengan poin kecil lebih kuat, keseimbangan saat memanjat lebih terjaga, dan tentu lebih mampu menguasai rasa takut.

“Setelah 2 minggu latihan di Harau, manjatnya jadi lebih cuek, enggak takut-takut. Kualitas jari dan penguasaan rasa takutnya sekarang lebih bagus,” tutur Salsabila.

“Lebih greget di tebing. Kalau di wall pegangannya biasa-biasa aja, kalau di tebing harus benar-benar gemes. Gimana ya, tahan sakit sih,” ujar Rifaldi menimpali.

Pembuatan Jalur Alhamdulillah di lembah Harau - SUMBAR
Pembuatan Jalur Alhamdulillah di lembah Harau – SUMBAR

Sparring sesama Pelatnas
Setelah 2 pekan berpisah, kedua tim yang berlatih di tebing Harau maupun yang mengikuti worldcup tour di Eropa akan kembali bertemu di basecamp Pelatnas Yogyakarta. Mereka akan dipertandingkan untuk mengukur kemampuan masing-masing.

“Nah harapannya adalah apabila progresnya kelihatan di tebing, berarti kita udah on the track. Berarti kita akan mempersiapkan tim yang kemarin tur kompetisi, untuk training camp kembali di tebing ini juga, di Lembah Harau lah khususnya,” ujar Coach Hendra.

Sebab prinsipnya, kedua tim ini dibentuk dengan alasan masing-masing. Tim worldcup tour dipersiapkan untuk mengamankan tiket Olimpiade Tokyo, sedangkan tim yang berlatih di Tebing Harau dipersiapkan untuk memperbaiki titik lemah tim Indonesia.

“Jadi goalnya adalah mempertahankan keunggulan dan meningkatkan kemampuan kita di weakness area kita, area lemah kita itu ada di lead dan boulder,” tutur Coach Hendra.