Media

Adi Mulyono Sabet Perunggu Speed Junior

ARCO-Pemanjat tebing junior Indonesia Rahmad Adi Mulyono menunjukkan prestasinya dengan menyabet perunggu speed junior putra dalam ajang IFSC Youth World Championships di Arco, Italia, 22-31 Agustus 2019.

Di babak final, perjalanan Adi mulus pada awalnya di babak perdelapan final dan perempat final. Di babak perdelapan final ia melibars A Vivas dari Ecuador dengan catatan waktu 6,233 detik berbanding 8,601 detik.

Sementara, di perempat final dia mampu mengungguli N Bratschi dari Amerika Serikat dengan catatan waktu 5,793 detik berbanding 8,128 detik.

Sayangnya, ketika berlaga di babak semifinal berhadapan dengan A Nagaev dari Rusia, Adi fall sehingga gagal melaju ke babak final. Adi pun berebut perunggu dengan Y Tkach dari Ukraina.

Adi berhak menyandang peringkat tiga setelah menang dengan waktu 5,979 detik berbanding 8,717 detik. Sementara, peringkat satu dan dua diduduki atlet Rusia yakni A Nagaev dan S Rukin.

Adapun atlet junior putra lainnya yakni Seto gugur di babak perempat final dan Kiromal Katibin terhenti langkahnya di babak perdelapan final.

Manajer Tim Nasional Junior Indonesia Koentono Halim mengungkapkan tim Indonesia tercepat, tetapi bukan pemenang. Menurutnya, faktor keberuntungan tidak berpihak. “Hasil ini dipengaruhi banyak faktor. Kami semua kalah karena kesalahan sendiri bukan kemampuan karena secara waktu kita tetap terbaik, dan untuk tahun ini yg menang malah bukan yang tercepat hampir di semua kelas,” ujar dia.

Bambang Hermansyah, Kabid Pengelolaan Pemusatan Pelatihan Olahraga Nasional, Asdep Olahraga Prestasi, Kemenpora melihat capaian ini sebagai prestasi yang luar biasa yang ditorehkan pemanjat-pemanjat muda Indonesia saat bertarung di babak final delapan besar. “Dan khususnya Adi yg berhasil mendapatkan juara tiga, secara raihan waktu yang diraih climber Indonesia pada catatan waktu terbaik untuk putra junior dari seluruh peserta, di mulai saat babak kualifikasi dengan catatan di bawah 6 detik oleh Adi dan Katibin,” kata Bambang yang turut mendampingi tim di Italia.

Menurutnya, pada babak delapan besar dan final four bukan hanya raihan waktu saja yang terpenting, tetapi mental juara yang dibutuhkan. “Oleh karenanya, mungkin ini menjadi bahan pertimbangan bagi FPTI ke depan utk memprogramkan talenta-talenta ini agar dapat memperbanyak frekuensi pertandingan bertaraf internasional,” ucap dia.