Indonesia Raih 2 Emas di Asian Youth Championship Chongqing
CHONGQING-Hari terakhir Asian Youth Championship di Chongqing, China, Minggu (4/11/2018), memberi semangat baru bagi para atlet Indonesia. Sebanyak 14 dari 16 atlet turun di nomor speed dan berhasil membawa pulang 2 emas.
Awalnya, 10 atlet lolos di babak kualifikasi. Mereka mulai berguguran di babak semi final karena hal-hal teknis seperti false start, fall, atau terpeleset.
Dinginnya suhu udara di Huayan Climbing Park menjadi kendala tersendiri bagi para atlet. Terlebih tak ada sinar Matahari sedikitpun sepanjang hari itu.
Di youth B putri, Indonesia melenggang gagah. Amanda Narda Mutia menduduki peringkat 1 sejak babak kualifikasi dan konsisten dengan waktu pemanjatannya. Hingga akhirnya di babak final dia berhasil mengalahkan pemanjat asal China, Jing Yu, dengan waktu pemanjatan 9,44 detik, sedangkan Jingyu 10,99 detik. Untuk medali perunggu di kategori ini diraih oleh pemanjat asal Korea, Jimin.
Sementara itu di youth A putra, pemanjat asal Bali, I Putu Iwan Putra, sempat menduduki peringkat kedua di babak kualifikasi. Hanya saja dia terpeleset di babak perempat final dengan catatan waktu 8,32 detik. Sementara itu Jasmico Pamumade dan Michael Owen Parhorasan Siburian mengalami false start di perdelapan final.
Untuk youth A putri, Desak Made Rita Kusuma Dewi, berhasil masuk ke babak 4 besar. Hanya saja dia sempat terpeleset saat perebutan perunggu dengan catatan waktu 12,68 detik. Sementara lawannya asal China, Yi Ling, menorehkan catatan waktu 8,34 detik.
Kondisi serupa juga terjadi di kategori junior putri. Tim Indonesia yang diwakili oleh Berthdigna Devi berhasil masuk 4 besar. Namun, perempuan yang akrab disapa Bertha ini mengalami gangguan kesehatan sehingga dilarang melanjutkan pemanjatan oleh tim dokter. Bertha gugur sehingga medali perunggu otomatis diraih oleh pemanjat asal China, Pei Yang.
Di pertandingan terakhir, emas kembali dikantongi Indonesia melalui pemanjat asal Jawa Tengah, Kiromal Katibin. Atlet yang juga berlaga di Asian Games 2018 ini menorehkan catatan waktu 6,05 sedangkan lawannya dari Iran, Milad Shenazandifar Alipour, mencatatkan waktu 6,42 detik.
^
Melihat kondisi ini, manajer atlet Kuntono Halim mengatakan, secara umum tahun ini Indonesia mampu bersaing. Mengingat catatan waktu para atlet Indonesia masih di peringkat atas.
Namun Kuntono menyebut, di nomor speed banyak negara lain yang harus diwaspadai. Perlahan, negara-negara yang sebelumnya tidak unggul di speed seperti Korea dan Jepang, kini sudah bisa meraih medali.
“Kita patut waspada karena di tahun mendatang negara lain mulai sangat bersiap diri dengan sentralisasi pelatihan. Sedangkan kita belum melakukan itu,” kata Kuntono.
Menurutnya, apapun bisa terjadi di speed. Negara yang sebelumnya tak diunggulkan, tiba-tiba merangsek ke peringkat atas.
“Dua tahun lalu kita masih jauh di atas. Sekarang semua negara sangat antusias di speed dan mereka bisa bersaing. Kita tidak boleh terlena,” tuturnya.