Media

Manajer Perempuan di Balik Kejayaan Babel di Pra-PON XX Zona I

Provinsi Bangka Belitung keluar sebagai juara umum di Pra-PON XX Zona I atau Porwil X Sumatera yang digelar di Stadion Semarak Bengkulu, 1-6 November. Tak hanya jadi juara umum, Babel juga menguasai pertandingan dengan mendominasi raihan medali.

Provinsi pemekaran dari Sumsel ini meraih 5 medali emas, 2 perak, dan 4 perunggu, melesat dibanding 9 provinsi lain di Sumatera. Namun siapa sangka, di balik keberhasilan Babel sebagai juara umum, ada seorang manajer perempuan yang berperan penting di dalamnya.

Adalah Masyitoh, manajer panjat tebing perempuan satu-satunya di Indonesia yang mengomandoi atlet Babel. Masyitoh sebelumnya juga atlet panjat tebing asal provinsi yang sama. Kini meski sudah pensiun sebagai atlet, Masyitoh tetap mendedikasikan dirinya untuk dunia olahraga yang ia cintai itu. Kini selain sebagai manajer atlet panjat tebing Babel, Masyitoh juga aktif di organisasi Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi).

“Saya jadi manajer sejak tahun lalu,” kata Masyitoh memulai perbincangan, Rabu (6/11).

Perempuan berkerudung ini menyebut, Babel memang sudah langganan jadi juara umum untuk berbagai kejuaraan panjat tebing di wilayah Sumatera. Oleh karena itu, sebagai manajer baru, dia akan mempertahankan prestasi tersebut, meski harus menggembleng para atlet lebih keras.

Untuk Pra-PON XX Zona I ini, pihaknya membawa 13 atlet yang terdiri dari 6 putri dan 7 putra. Mereka memainkan seluruh nomor yang dipertandingkan di Pra-PON Bengkulu.

Masyitoh mengaku, salah satu rahasia Babel bisa langganan juara umum adalah latihan lebih keras. Dia menyebut para atlet menjalani latihan sejak 8 bulan sebelum Pra-PON Bengkulu digelar. Latihan yang dibiayai KONI Babel tersebut dibagi dalam 2 tahap yakni 6 bulan desentralisasi dan 2 bulan sentralisasi.

“Kita TC (training center) sendiri sudah sejak April dengan fasilitas seadanya, berkorban berbulan-bulan mengatur keuangan, masak sendiri sama anak-anak. Jadi anggaran yang harusnya buat try out kita pakai untuk TC,” beber Masyitoh.

Namun sentralisasi latihan tim panjat tebing Babel tak seperti Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Timnas. Masyitoh menyebut, meski harus fokus latihan, para atlet juga tetap masak sendiri untuk kebutuhan makan mereka. Meski demikian hal ini tak mengurangi semangat para atlet. Pemanjat-pemanjat Babel tetap dapat menunjukkan prestasinya.

Masyitoh menyebut para atlet yang berprestasi juga mendapat bantuan dari Pemda setempat. Bantuan diberikan sebagai wujud apresiasi Pemda kepada para atlet yang telah mengangkat nama Babel.