Pengalaman di Kejuaraan Internasional Pertama: Jari Kaku dan Mabuk Kendaraan
CHONGQING-Bagi Desak Made Rita Kusumadewi (17), mengikuti kejuaraan Asian Youth Championship 2018 adalah pencapaian terbaiknya tahun ini. Kejuaraan yang digelar di Chongqing, China, pada 1-4 November lalu merupakan kejuaraan internasional pertama yang diikuti atlet panjat tebing junior ini.
Hasilnya tidak mengecewakan. Desak berhasil masuk 4 besar di nomor speed youth A female, meski kalah di perebutan medali perunggu. Gadis asal Singaraja, Bali, ini sempat terpeleset sehingga catatan waktunya memburuk, yakni 12,68 detik. Sedangkan lawannya asal China, YiLing Song, menorehkan catatan waktu 8,34 detik.
Medali emas di nomor ini diraih oleh atlet asal Iran, Mahya Darabian, dengan catatan waktu 9,34 detik. Sedangkan medali perunggu diraih Mingwei Ni asal China dengan catatan waktu 10,35 detik.
Air mata Desak tak terbendung. Dia melangkah gontai ke tribun penonton dan memeluk pengurus PP FPTI, Elisyabeth, sambil terisak.
“Maafkan Desak,” ucapnya lirih.
Tak ada senyum di wajahnya kala itu. Tangannya yang kedinginan karena suhu udara di Chongqing mencapai 13 derajat Celcius, terus menggenggam hand warmer.
Teman-temannya sesama atlet juga memeluk Desak dan memberinya semangat. Ada juga yang mulai mengusili Desak agar senyumnya muncul kembali.
“Kemarin itu dingin, tangan kaku. Saya pemanasan main skipping enggak keringetan. Enggak enak manjat kalau enggak keringetan,” kata Desak sehari setelah kekalahan itu.
Biasanya performa atlet meningkat saat sudah melakukan beberapa kali pemanjatan, namun tidak dengan dirinya hari itu. Catatan waktu Desak justru memburuk di momen-momen terakhir. Selain karena perbedaan cuaca, dia juga berencana mengubah strategi pemanjatannya.
“Saya kepeleset terus pas di poin kuning di atas, jadi nanti kayaknya mau ubah posisi kaki,” tutur pelajar kelas 3 SMK ini.
Mabuk Kendaraan Jadi Hambatan Besar
“Enggak nyangka banget bisa berangkat ke China. Ini pertama kalinya saya ke luar negeri,” kata Desak saat ditanya soal pengalamannya ini.
16 Atlet yang dikirim ke Asian Youth Championship 2018 adalah para atlet terbaik yang menjuarai Kejurnas Kelompok Umur XIII yang digelar di Inhu, Riau, pada 22-28 September lalu. Namun Desak yang meraih 2 medali emas di Kejurnas KU, tak menyadari hal itu.
Dia menyebut awalnya hanya diberi tahu oleh Ketua FPTI Bali, Putu Yudi Atmika, bahwa dirinya mendapat hadiah tiket ke luar negeri atas prestasi di Kejurnas KU. Namun Desak mengira Yudi hanya bercanda.
Dia juga baru mengenal teman-teman setimnya ini beberapa hari sebelum berangkat ke China. Desak mengaku asing karena kebanyakan teman-temannya berkomunikasi dengan bahasa Jawa yang dia tak mengerti. Saat mereka bercanda, Desak memilih diam.
“Tapi lama-lama akrab walaupun kadang masih enggak paham mereka bercanda apa,” kata Desak.
Selain itu, Desak sering was-was saat harus bepergian ke luar daerah. Alasannya sederhana, dia mabuk kendaraan. Sebagian besar pengalamannya bertanding di berbagai daerah di Indonesia diwarnai dengan drama muntah di perjalanan.
“Saya sering sekali muntah di kendaraan, bahkan pernah dimarahi sopir bus. Setiap naik mobil selalu pusing dan mual, itu bikin badan saya lemas. Mau manjat juga enggak bisa, harus istirahat dulu,” katanya.
Dia rajin meminum obat anti mabuk, tapi tetap saja tak mempan. Di China, Desak selalu memilih kursi paling depan dan ogah diajak berbicara saat berada di dalam bus. Dia betul-betul fokus agar kondisi badannya ‘terkendali’. Beruntung dia tak muntah selama berada di China.
Pengalaman di Asian Youth Championship ini membuat Desak semakin bersemangat untuk menempa diri. Terbukti di Kejurprov Bali yang digelar pada 10-16 November 2018, Desak berhasil meraih medali emas.
“Tahun depan saya masuk junior. Mudah-mudahan bisa ikut Asian Youth lagi, mau maksimal di speed,” kata Desak mantap.