Wujud Cinta Aspar Jaelolo: Bangun Dinding Panjat dari Bonus Asian Games
Menjadi atlet panjat tebing kelas dunia tak lantas membuat Aspar Jaelolo lupa kampung halaman. Meski kini tinggal di Jakarta dan telah menjadi PNS di Kemenpora, pemuda asal Donggala, Sulawesi Tengah, ini selalu memperhatikan perkembangan daerahnya.
Usai mengikuti Asian Games 2018, Aspar yang mengaku sudah sangat rindu keluarga, akhirnya pulang kampung. Melihat berbagai keterbatasan di tanah kelahirannya, dia kemudian terpikir untuk membangun fasilitas latihan panjat tebing.
“Karena ingat dulu, saya ingin menjadi atlet panjat tebing cuma keterbatasan sarana dan prasarana di sana akhirnya saya harus merantau,” kata Aspar saat diwawancara di Kemenpora, Februari 2019.
Berkaca dari pengalaman tersebut, pria yang akrab disapa Babon karena kecepatannya memanjat ini, tak ingin anak-anak di daerahnya mengalami hambatan serupa. Dengan fasilitas yang dia bangun, Aspar berharap bibit-bibit atlet panjat tebing semakin bermunculan.
Aspar membangun dinding panjat boulder tepat di samping rumahnya di Desa Wani I, Kabupaten Donggala. Dia juga berencana mendirikan klub panjat tebing yang akan dinamainya Aspar Jaelolo Climbing Club. Hebatnya, seluruh pembangunan fasilitas tersebut menggunakan dana pribadi.
“Untuk dana saya ambil bonus Asian Games yang diberikan pemerintah kemarin,” kata pria yang kini menjabat sebagai asisten pelatih di Deputi IV bidang Peningkatan Prestasi, Kemenpora, ini.
Pada Asian Games 2018, Aspar meraih bonus sebesar Rp 550 juta. Yakni Rp 250 juta atas perolehan medali perunggu untuk kategori men’s speed, dan Rp 300 juta untuk perolehan medali perak untuk kategori men’s speed relay alias beregu.
Aspar berharap, inisiatifnya membangun sarana latihan panjat tebing mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait. Sehingga ke depannya fasilitas olahraga panjat tebing di kampung halamannya semakin lengkap.
“Untuk sekarang saya baru bisa bantu bangun fasilitas boulder. Masih ada lead dan speed (yang belum dibangun). Harapannya semoga dapat dukungan dari pemerintah dan swasta,” kata peraih juara dunia IFSC Worldcup 2018 di Wujiang, China, ini.
Tak lupa dia memberi semangat kepada para atlet-atlet muda. Aspar mengaku, sejak menekuni dunia panjat tebing, dia selalu memelihara mimpi sebagai juara dunia. Ketekunan itulah yang membuat mimpi besarnya terwujud.
Siapa sangka, anak kampung yang bahkan tak ada fasilitas panjat tebing di daerahnya, bisa jadi juara dunia. Dia mengalahkan pemanjat-pemanjat dari berbagai belahan bumi dengan fasilitas yang lebih memadai.
“Saya tidak pernah berpikir masalah bayaran, yang penting saya berlatih dengan serius dengan memelihara mimpi itu, insyaallah saya akan capai,” tuturnya.
Saat ini selain sebagai PNS Kemenpora, Aspar juga masuk Timnas Panjat Tebing untuk pra-Olimpiade Prancis 2019. Aspar bersama 9 atlet lainnya tengah fokus mengikuti Pelatnas di Jogjakarta yang dimulai sejak Minggu (10/2/2019) lalu.