Adrenalin Rindi Sufriyanto
SETIAP kali menjajal papan panjat, adrenalin Rindi Sufriyanto selalu terpompa. Olahraga ekstrem ini selalu membuat lajang kelahiran Probolinggo, 15 Mei 1991 ini tertantang. Adrenalin inilah yang membuat Rindi menekuni hobi yang ia kenal ketika duduk di bangku SMK.
Kala itu ia dikenalkan oleh kakak kelasnya di komunitas pencinta alam. Ia berkenalan dengan panjat tebing dan naik gunung saat itu. Namun, ketika awal berkenalan, ia masih fokus pada mendaki gunung sehingga panjat tebing baru menjadi sekadar hobi baginya.
Rindi bertutur, pada 25 Desember 2006, ia mencoba mengikuti kompetisi pertamanya di Surabaya. “Tapi, saat itu baru iseng-iseng ikut. Waktu itu lebih banyak naik gunung.”
Dua tahun kemudian, ia mulai serius menekuni olahraga yang membesarkan namanya. Pada 2008, ia mengikuti kejuaraan daerah di Surabaya, tepatnya April 2008. Pada kejurda di Surabaya, ia meraih perunggu untuk nomor lead. cintanya pada panjat tebing makin besar.
“(Panjat tebing) membuat adrenalin terpacu untuk mengalahkan rasa takut dari diri sendiri. Awal lihat (panjat tebing) memang di hati saya seneng, suka.”
Beragam event nasional sudah ia ikuti. Dalam setiap kejuaraan, ia selalu berusaha memberikan penampilan yang terbaik. Kerja kerasnya berlatih terbayarkan ketika ia meraih satu emas dan dua perak untuk nomor lead dan speed di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016.
Atlet asal Jawa Timur itu juga berprestasi di kancah internasional. Pada Asian Championship 2012, ia meraih satu emas, satu perak, dan satu perunggu. Medali emas ia raih dari nomor speed world record perorangan, perak ia dapat dari kategori overall.
“Overall itu nilai di speed, lead, dan boulder digabung. Saya dapat nomor dua. Kalau perunggu dapat dari relay. Untuk SEA Games, saya juga pernah ikut, tapi baru ikut junior.”
Skill dan prestasinya, menjadi pijakan bagi Rindi untuk masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas) Asian Games 2018. Dipanggil untuk bergabung dalam pelatnas diakuinya menjadi suatu kebanggaan.
“Saya akan buktikan bisa berikan yang terbaik untuk Indonesia. Tidak akan disia-siakan (kesempatan ini) dan akan berlatih, berjuang, dan semua yang dimiliki akan diberikan untuk semuanya [untuk Indonesia].”
Tekad kuat memberikan yang terbaik untuk Indonesia membuat semangat berlatihnya kian berkobar. Ia harus memacu kemampuan terbaiknya karena menyadari persaingan di pelatnas yang begitu ketat. Rasa takut, malas, dan khawatir harus dilawan dari dirinya sendiri sehingga mendorong semangat berlatih meskipun kadang capai menghampiri.
“Harus up [semangat]. Karena tergantung diri sendiri apakah kita mau mengolah dengan baik atau tidak. Di sini, saya berkumpul dengan orang-orang hebat dan saya termasuk orang hebat itu yang akan tampil di kancah dunia dan ke depan akan lebih baik lagi.”
Kepercayaan diri itu akan dia bawa ketika berlaga di Asian Games untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia. ***