Media

Training Camp di Eropa demi Mengejar Peringkat 20 Besar Dunia

International Federation of Sport Climbing (IFSC) menetapkan serangkaian syarat bagi para atlet panjat tebing dunia untuk mendapatkan tiket bertanding di Olimpiade Tokyo 2020. Ada 3 pertandingan pra-kualifikasi untuk memperebutkan tiket itu.

Manajer Timnas Panjat Tebing Indonesia Pristiawan Buntoro menjelaskan, 3 pertandingan pra-kualifikasi itu menetapkan syarat yang berbeda-beda. Pertama, di IFSC Climbing World Championship Jepang pada Agustus 2019, ada kuota untuk 6 atlet putra dan 6 putri.

Jika tidak lolos, dapat mengikuti pra-kualifikasi kedua yakni pada November 2019 di IFSC Olympic Qualifying Event di Paris, Prancis. Kualifikasi ini hanya diperuntukkan bagi para atlet yang masuk peringkat 20 besar dunia. Kemudian jika masih tidak lolos, dapat mengikuti kualifikasi ketiga pada Mei 2020 yang diserahkan di masing-masing benua.

Pris memprediksi, para jagoan-jagoan panjat tebing dunia akan lolos di putaran pertama. Oleh karena itu pihaknya memasang target, Timnas Indonesia akan lolos di tahap kedua.

“Nah kita logis aja. Kita akan maksimal di Agustus, tapi menurut perhitungan, kita akan bersaingnya di November. Karena yang sudah lolos di Agustus enggak bisa ikut lagi di November,” beber Pris usai launching Pelatnas Pra-Olimpiade Tokyo 2020 di kompleks panjat tebing Stadion Mandala Krida, Jogjakarta, Sabtu (30/3/2019).

Untuk mencapai target tersebut, 10 atlet Timnas sudah digembleng di Pelatnas Jogjakarta sejak Februari 2019. Terdekat, mereka akan mengikuti try out dan training camp selama sekitar 40 hari di Eropa dan China.

Ada 5 kejuaraan internasional yang akan diikuti para atlet selama masa try out dan training camp. Yakni IFSC Climbing Worldcup di Meiringen-Swiss pada 5-6 April, IFSC Climbingg Worldcup Moskow-Rusia pada 12-14 April, IFSC Climbing Worldcup Chongqing-China pada 26-28 April, IFSC Climbing Worldcup Wujiang-China 3-5 Mei, dan IFSC Climbing Worldcup Munich-Jerman 18-19 Mei.

Pris menyebut, training camp di Eropa kali ini akan fokus di lead dan boulder dengan mengontrak pembuat jalur khusus di sana. Meski demikian intensitas latihan speed akan tetap dipertahankan, terutama bagi atlet-atlet dengan basic lead dan boulder.

“Aries, Aspar, dan yang lain akan fokus lead dan boulder, sekaligus mempertahankan keunggulan di speed karena keunggulan di salah satu nomor itu penting,” kata Pris.

“Kita tinggal kejar peringkat pertengahan di lead sama boulder insyaallah kita sudah bisa dapat,” imbuhnya.

Selepas training camp, para pelatih akan melakukan evaluasi untuk menentukan atlet yang dapat melanjutkan pelatnas dan yang terdegradasi. Menurut Pris, saat ini semua negara di seluruh dunia sedang menghadapi kendala yang sama dalam menyesuaikan antara speed dengan lead dan boulder.

“Cuma memang setelah diumumkan bahwa di (Olimpiade) 2024 speed akan dimainkan sendiri, goal kita ada di 2024,” tuturnya.