Dyah Pusptaningtyas: Senang Berlatih Bersama Idola
JOGJAKARTA–Asian Games 2018 tinggal hitungan hari. Setiap cabang olahraga yang akan dipertandingkan dan dilombakan semakin berbeda. Tak terkecuali tim pemusatan latihan nasional (Pelatnas) Sport Climbing.
Semua unsur di dalamnya seperti pelatih, atlet, official berupaya memberikan yang terbaik, tak terkecuali atlet yang didaulat sebagai sparing partner atlet yang akan berlaga. Dialah Dyah Puspitaningtyas.
Gadis berusia 18 tahun ini mendapat kepercayaan dari Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) untuk menjadi sparing partner dalam latihan tim Pelatnas Sport Climbing di Jogjakarta. Hal itu tak terlepas dari kemampuannya yang tak beda jauh dengan para atlet lainnya.
Atlet asal Bantul ini mengaku senang bisa bergabung. Ia memetik banyak ilmu untuk kemajuan skill dan mentalnya. “Di pelatnas berbeda dengan pengcab (pengurus cabang). Sejak ikut sparing, jadi lebih disiplin. Di sini lebih mengutamakan kedisiplin dan keseriusan. Manjatnya lebih banyak.”
Atlet kelahiran Bantul, 24 Agustus ini mengaku sangat menikmati setiap sesi latihan. Terlebih lagi, ia bisa berlatih bersama dengan para atlet idola. Sebut saja Aspar Jaelolo dan Aries Susanti Rahayu. Mereka merupakan idola di dunia panjat bagi Dyah.
“Idola saya banyak. Speed cowok Bang Aspar. Speed cewek Mbak Aries. Semua idola saya dulu.”
13 tahun setelah lahir, Dyah mulai berkenalan dengan dunia panjat tebing. Meskipun olahraga ini masih dinilai ekstrem, tetapi Dyah tetap tertarik karena seru.
Orang yang mengenalkan pertama kali tak lain yakni kakak sepupunya sendiri yaitu Anang Sulistya. “Menantang. Banyak temennya. Kalau sudah (bertanding) ke luar (kota) temennya lebih banyak lagi. Seru.”
Pada 2013, ia mencoba ikut kejuaraan daerah yang kala itu digelar di SMAN 3 Jogja. Saat itu memang dia belum bisa meraih prestasi apa-apa. Namun, semangatnya tak pernah kendur apalagi mendapat dukungan penuh dari orang tua.
Kedua orang tuanya, tak pernah mengekang atau melarang jika anak perempuannya ingin berprestasi atau mencoba hal baru. “Mereka tidak ingin memaksakan kehendak atau membatasi untuk berprestasi.”
Latihan demi latihan ia lakoni. Kemundian, pada 2014, ia pun berhasil meraih gelar juara pertamanya di kejuaraan daerah yang saat itu digelar di SMAN 3 Jogja. Dyah meraih juara di nomor kesukaannya yakni lead dan boulder.
Untuk kejuaraan nasional, ia pernah mengikuti kejurnas kelompok umur di Stadion Mandala Krida pada 2015. Dyah meraih perunggu di nomor lead youth putri. Kemudian, pada 2016 ia beraksi di Bangka Tengah dan mendapatkan juara dua nomor lead. “2017 ikut kelompok umur di Sawahlunto. Saya juara satu speed world record.”
Untuk event internasional, ia pernah berlaga di Asian Youth Championship di Singapura 2017. Itulah kali pertamanya bermain untuk mewakili Indonesia. “Saya sangat senang sekali bisa mewakili Indonesia.” ***