Pelatnas Sport Climbing Sapu Bersih Medali Speed di Surabaya
JOGJAKARTA–Punggawa-punggawa pemusatan latihan nasional sport climbing yang akan berlaga di Asian Games 2018 menyapu bersih medali speed world record di Surabaya. 16 atlet harapan bangsa itu berlaga di Piala Wali Kota Surabaya, 18-21 Juli 2018.
Pelatih Speed World Record Indonesia Hendra Basir mengatakan, dalam event tersebut ia menurunkan delapan atlet putra dan delapan atlet putri. Di nomor speed world record putri, peringkat satu diduduki Rajiah Salsabillah dengan catatan waktu 8.12 detik di final ketika melawan Aries Susanti Rahayu yang mencatatkan waktu 8.14 detik. Tempat ketiga diduduki Agustina Sari disusul Fitriyani dan Widiya Fujiyanti.
Atlet pelatnas lainnya menempati peringkat tujuh, delapan, sembilan, 11, dan 16 secara berturut-turut yakni Santi Wellyanti, Nurul Iqamah, Mudji Mulyani, Ndona Nasugian, dan Puji Lestari.
Di nomor putra, peringkat satu sampai lima juga diduduki atlet Pelatnas Sport Climbing. Mereka yakni Sabri, Rindi Sufriyanto, Muhammad Hinayah, Abudzar Yulianto, dan Alfian Muhammad Fajri.
Atlet pelatnas lainnya menduduki peringkat tujuh, sembilan, 10, 11, dan 15. Mereka yakni Aspar Jaelolo, Pangeran Septo Wibowo Siburian, Kiromal Katibin, Veddriq Leonardo, dan Seto.
Ia menjelaskan, Piala Wali Kota Surabaya ini adalah bagian dari masa persiapan tahap dua dari periodisasi latihan selama 2018. Di mana keikutsertaan ini adalah bagian dari pemanasan akhir menjelang Asian Games.
“Konsepnya seperti ‘training in competition’ karena merupakan rangkaian agenda dari mulai kita TC sembilan hari di Palembang dan diakhiri dengan mengikuti kompetisi nasional.”
Ia mengungkapkan, goal yang tim pelatih susun adalah bagaimana atlet-atlet pelatnas mampu mengatasi dinamika yang terjadi. “Yaitu atlet dikondisikan menghadapi situasi wajib menang, sedangkan fokus yang sudah tertanam di pikiran semenjak pelatnas dimulai adalah juara Asian Games. Nah, dinamika ini yang kita ciptakan.”
Kaitannya dengan performa, ujar dia, kondisi atlet menghadapi kejuaraan kemarin belum pada kondisi puncak. “Persentasenya ada di 92 persen. Tim pelatih tidak menurunkan volume dan intesitas latihan selama di Palembang. Nah, kondisi ini juga yang menjadikan tuntutan psikologis lebih besar.”
Pelatih Kepala Tim Nasional Panjat Tebing Indonesia Caly Setiawan mengatakan, try in sangat diperlukan para atlet. Mereka memiliki jam terbang semakin tinggi dan semakin bagus. Secara kompetisi, skala nasional tidak akan seberat skala internasional. “Tapi, beratnya di sisi lain. Beban moral, itu salah satu contohnya,” kata dia.
Selain itu, Asian Games semakin dekat sehingga tidak akan bagus bagi kondisi fisik atlet jika harus try out ke luar negeri lagi. Hal yang ditakutkan adalah fisik mereka akan terlalu kelelahan. “Karena di Surabaya, jadi enggak begitu capai.”
Selama melakoni ajang di Surabaya itu, ia melihat atlet tampak tegang dalam babak kualifikasi. “Tekanannya, ‘saya adalah atlet pelatnas. Masak tidak lolos di babak kualifikasi?'”
Hal itu dinilai wajar. Namun, para atlet tersebut dinilai sudah mampu memahami kapan mereka tertekan, kapan tidak dan kapan harus mengendalikan tekanan itu.
Sementara, untuk tim combined yang bermain di nomor boulder, untuk putra para atlet pelatnas yang notabene masih junior harus menghadapi senior mereka. Dalam laga itu, atlet pelatnas memang belum bisa menampilkan hasil maskimal. Namun, sebagai atlet junior, mereka memiliki masa depan yang panjang dan masih bisa ditempa lagi.
“Untuk putri, memang sudah lebih bagus dan persaingan di kelas putri tidak terlalu berat.”
Hasil dari kompetisi ini akan sangat bermanfaat bagi tim pelatih baik combined maupun speed world record untuk melakukan evaluasi. Dari hasil evaluasi, tim pelatih akan mampu memilah titik mana saja yang belum maksimal dan perlu ditempa lagi. ***