Kekuatan Maksimal Alfian
MAMPU mengharumkan nama bangsa dan mengibarkan sang Saka Merah Putih di negeri orang, menjadi kebanggaan tersendiri. Rasa bangga dan haru yang menjadi satu ini dirasakan Alfian M Fajri pada tahun 2011.
Kala itu, atlet kelahiran Solo ini bermain di ajang Asian Youth Championship di Singapura. Kesempatan itu sekaligus menjadi event berskala internasional yang pertama kali ia ikuti.
“Saat itu saya mendapatkan emas untuk nomor speed. Itu menjadi event paling berkesan karena dapat emas dan mengibarkan bendera merah putih di negara orang lain.”
Kesan itu membekas kuat di hati Alfian, salah satu atlet Pelatnas Sport Climbing Indonesia yang akan berlaga di Asian Games 2018. Alfian akan turun di nomor speed world record di Asian Games 2018.
Perjalanannya menapaki karier di sport climbing dimula 10 tahun lalu. Ketika duduk di kelas lima sekolah dasar sekitar 2008, atlet kelahiran Solo, Jawa Tengah itu mulai berkenalan dengan cabang olahraga yang kelak membesarkan namanya.
Awalnya, ia dikenalkan oleh teman semasa kecilnya yang juga satu kelas. Sang teman memiliki seorang kakak yang merupakan seorang atlet panjat tebing.
“Saat latihan, saya diajak rekan saya itu. Akhirnya tertarik. Saya tertarik karena bisa bermain dengan rekan saya. Kami selalu bersama sejak kelas satu sampai empat. Jadi senang.”
Setelah rutin berlatih, atlet bersusia 21 tahun itu pertama kali mengikuti kejuaraan resmi pada 2008 yakni kejuaraan nasional kelompok umur di UNY. Kemudian, ia meraih medali pertamanya pada event nasional dalam kejurnas kelompok umum di Jakarta.
“Saya dapat emas di lead dan perak untuk speed. Saat itu tahun 2010.”
Atlet yang berulang tahun setiap 18 Januari itu juga kerap mengikuti kejuaraan berskala internasional. Event pertama pada 2011, Asian Youth Championship di Singapura. Event berikutnya yang ia ikuti masih di Singapura pada 2012. Sayangnya, ia yang saat itu bermain di nomor boulder, gagal masuk babak 16 besar.
“Kemudian pada 2015 main boulder lagi di Singapura. Saat itu cuma pemanasan sebelum berlaga di PON (Pekan Olahraga Nasional). Enggak masuk semifinal karena memang bukan nomor unggulan saya. Event internasional lainnya yakni World Cup di Rusia dan China (2018).”
Menjadi atlet yang masuk tim pemusatan latihan nasional menjadi kebahagiaan baginya. Hal itu selalu menjadi cita-citanya.
“Saya membayangkan gimana bisa masuk pelatnas. Saya latihan terus sehingga dapat medali cukup banyak di kejrunas. Alhamdulillah dipanggil sparing partner (di Pelatnas) sebelum akhirnya masuk tim.”
Ia berjanji akan memberikan kekuatannya semaksimal mungkin untuk Indonesia pada Asian Games. “Saya akan main maksimal, yang terbaik untuk Indonesia.” ***