Media

Potensi Sport Tourism di Likunggavali

PARIGI MOUTONG-Jambore Nasional Panjat Tebing Indonesia VI digelar di Tebing Likunggavali, Desa Uevolo, Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Tebing Likunggavali memiliki potensi sport tourism yang bisa dikembangkan.

Ajang bertemunya para pemanjat Tanah Air ini digelar selama tiga hari, pada 6-8 Desember 2019. Ketua Bidang Panjat Tebing Alam & Ekspedisi PP FPTI Setyo Dibyo mengungkapkan Likunggavali identik dengan tebing indah yang ada di Indonesia. Kecantikan tebing ini dipertegas dengan aliran sungai yang jernih di bawahnya.

Ia mengakui, setelah Spiderwoman Aries Susanti Rahayu menjadi juara dunia di Chongqing, meraih medali emas Asian Games 2018, serta baru-baru ini berhasil memecahkan rekor dunia, panjat tebing semakin dikenal oleh khalayak. “Dan tentu saja ini membawa dampak positif, bukan saja bagi kita yang menggemari olahraga ini, tapi juga pihak swasta serta pemerintah. Karena, panjat tebing bisa layak diandalkan menjadi partner dalam berbagai program,” kata dia.

Ia menjelaskan di negara-negara Eropa, seperti Prancis dan Swiss, panjat tebing sudah menghasilkan devisa dari kedatangan para pemanjat berbagai negara. China bahkan berani mengambil empat seri world cup setiap tahunnya dengan berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Artinya, kata dia, sudah bukan zamannya lagi membuat event panjat tebing itu membuang uang bagi pemerintah atau mendatangkan kerugian bagi swasta.

“Panjat Tebing sudah bisa menghasilkan uang. Panjat tebing sudah bisa memberikan efek ekonomi positif bagi masyarakat di sekitar lokasi tebing maupun lokasi penyelenggaraan,” tutur dia.

Mengembangkan potensi panjat tebing untuk mendongkrak perekonomian sejalan dengan semangat Revolusi Industri 4.0. Revolusi ini menuntut semua pihak melakukan kolaborasi. “FPTI punya skill, punya atlet-atlet yang notabene adalah social influencer, mari kita kolaborasikan dengan apa yang dipunyai pemerintah dan swasta di Parigi Moutong ataupun di Sulawesi Tengah,” jelas dia.

Setyo memaparkan Parigi memiliki Tugu Khatulistiwa yang ikonik. Parigi juga memiliki pantai berpasir putih yakni Nalera. Belum lagi kekayaan budaya dan heritage lainnya. “Menurut saya, ini adalah potensi yang jika dikawinkan dengan panjat tebing akan menjadi sport tourism yang layak jual. Apalagi, Parigi tidak ubahnya adalah jembatan untuk menuju Sulawesi Tengah maupun Sulawesi Utara,” jelas dia.

Ia menegaskan saat ini sudah tidak zamannya persepsi bahwa tebing hanyalah untuk pemanjat. Tafsir itu harus digeser menjadi “Bersama Pemanjat, Tebing Lebih Bermanfaat”. “Saya berharap Jambore Nasional Panjat Tebing ke-6 ini menjadi pintu masuk bagi kita untuk berkolaborasi agar panjat tebing dan Parigi Moutong bisa lebih maju,” kata dia.